Seneng banget deh kalau ada yang minta tolong ke saya untuk dicarikan jodoh. Apalagi pas dia bilang kalau yang minta dicarikan jodoh itu terinspirasi dari kisah ta’aruf saya. Ini artinya bertambahlah orang yang punya minat untuk langsung serius menikah, tanpa harus pacaran dulu. Alhamdulillahirabilalamin.
Nah, karena suka ada yang nanya mengenai kisah taaruf saya, kenapa enggak saya buat dalam bentuk tulisan? Siapa tau, sehabis membaca tulisan ini, semakin banyak yang mau taaruf, dan jadinya makin banyak yang menikah secara mudah. Ehe.
So, here it is! Tulisan ini akan berisikan kisah dan proses taaruf saya, yang akan saya tuliskan dengan bahasa saya sendiri. Semudah mungkin untuk dapat dicerna. Saya tulis seringkas mungkin. Jadi mohon maaf apabila ada ketidaklengkapan dalam segi informasi yang saya tuliskan. Juga saya mohon maaf apabila ada informasi yang sedikit salah. Saya mohon bantu benarkan dan luruskan.
Yok kita mulai!
Kok mau taaruf?
Jadi begini..
Bulan Desember 2016 saya mulai menemukan titik balik dihidup saya. Singkat cerita, saya ingin berubah dan saya ingin menikah. Saya mulai ikut kajian di berbagai tempat, dari berbagai guru. Setelah mengikuti beberapa kajian, saya makin cocok dengan satu kajian yang selalu diadakan oleh Radio Rodja. Saya merasa setelah mengikuti kajian disana, saya banyak mendapatkan ilmu dan hebatnya dapat merubah banyak perilaku saya. Tidak hanya belajar dari kajian yang saya datangi secara langsung, tapi juga saya banyak belajar dari kajian yang saya tonton di YouTube dan Instagram. Alhamdulillahirabilalamin, juga banyak ilmu yang saya dapatkan dari Ustad-ustad seperti Khalid Basalamah, Syafiq Reza Basalamah, Nuzul Dzikri, Abu Yahya, dan Subhan Bawazier. Kenapa saya ikut kajian dulu? Karena saya pikir kalau saya mau menikah dan ingin mendapatkan wanita shalehah, ya saya harus shaleh dulu. Intinya apabila ingin mendapatkan seseorang yang satu frekuensi dengan kita, ya kita juga harus memantaskan diri dulu agar dapat berada di frekuensi yang sama. Ingat, Islam tidak pernah melihat masa lalu seseorang. Jadi kalau misalnya kamu mantan pencuri, ya sebodo amat, kalau kamu sudah taubat nasuha, dan ingin berubah semaksimal mungkin menjadi lebih baik, ya kamu dilihat sebagai kamu yang ada dimasa sekarang dan kedepannya. Bukan kamu dimasa lalu. Jadi jangan pernah putus asa! Kamu pasti bisa mendapatkan calon istri/suami yang shalehah/shalehah.
Belajar di kajian itu penting. Karena kita perlu paham dulu tentang konsep taaruf. Wong saya juga dulu mikir begini saat tahu teman saya taaruf: haaaaah? Kok mau dia taaruf? Haaaah kenal lewat CV? Apaan ini mau ngelamar kerja? Kenal doang cowonya bentar dari CV, kok mau sih nikah? Haaah? Gimana sih ini? Gimana kenalnya? Gimana kalau pasangannya orang jahat? Gimana kalau penipu? Gimana kalaaaau????? Dan seterusnya. BANYAK BANGET pikiran buruk dibenak saya, karena saya ENGGAK PAHAM konsep taaruf. Jadi mulailah saya cari tahu.
Proses Memahami Konsep Taaruf
Menurut saya, taaruf ini adalah sebenar-benarnya konsep yang sangat menjaga kesucian laki-laki dan perempuan. Konsep yang menjaga kesucian dari seorang manusia. Konsep yang menjaga kesucian keseluruhan keluarga. Semua ter-ja-ga! Aman.
Taaruf mempertemukan dua manusia yang sama-sama 100% ingin menikah, menjaga kehormatan, dan berubah menjadi manusia yang lebih baik. Biasanya, orang yang sudah ingin taaruf, berarti orang tersebut sudah sungguh-sungguh ingin menjadi lebih baik secara umum. Ingin merubah dirinya. Dan yang paling penting: bersungguh-sungguh ingin menikah. Jadi sudah tidak kenal main-main. Sudah mau banget belajar berumah tangga. Sudah ngebet banget patuh sama suami. Sudah siap banget mendidik istri. Insyaallah.
Saat sudah mendapat hidayah dari Allah ingin belajar agama, lalu merasa umur sudah matang untuk menikah, dan kehidupan dirasa akan lebih meningkat kualitasnya dengan menikah, ini saat yang tepat untuk lebih mudah memahami proses taaruf. Lanjutlah belajar. Iya dong! Semua wajib dipelajari. Jangan asal mau taaruf tapi enggak ngerti bagaimana konsep taaruf ini bekerja.
Ini dia langkah-langkah yang perlu dilakukan agar lebih paham tentang konsep taaruf (ini juga yang saya lakukan):
- Ikut kajian! Ini WAJIB. Jangan males. Kita harus menumbuhkan iman dan menjemput hidayah. Serunya juga, di kajian kita bisa denger banyak diskusi, terus juga kita bisa tanya sama ustad tentang segala pertanyaan dan kepenasaran yang ada di benak kita. Ingat! Segala pertanyaan tentang agama baiknya ditanyakan kepada ahlinya. Kalau nanya ke temen atau orang tua, khawatirnya jawaban terbatas dan tidak jarang menyesatkan. Bisa jadi juga buat kita malah bikin males untuk belajar agama lagi. So, dateng ke kajian! Belajar belajar belajar! Semakin banyak belajar agama, kita akan semakin beriman. Karena kita semakin beriman, kita akan mudah menerima konsep ajaran Islam, yang salah satunya adalah taaruf.
- Tonton di YouTube pelajaran tentang taaruf. Wah ini ngaruh banget. Semakin belajar, semakin paham, semakin sadar kalau ternyata taaruf itu gampang! Nyari jodoh itu enggak susah! Yang nyusahin diri kita sendiri. Terlalu muluk. Pengen yang cantik, yang kaya, yang pinter. Padahal kitanya mah biasa aja. Heuheu. Mudahkan kriteria calon istri/suami kita. Yang penting AGAMAnya KEREN. Cukup. Selamat dah itu pernikahan. Karena kalau istri/suami yang paham agama, dia paham hak dan kewajiban istri/suami. Sudah tahu panduan. Jadi banyak kemudahan nantinya dalam menjalani rumah tangga. Channel YouTube yang saya sarankan untuk ditonton: Khalid Basalamah – Mahkota Pengantin. Tonton deh sampe habis!
- Baca buku! Yang saya baca buku Panduan Lengkap Nikah dari A sampai Z, karya Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin ‘Abdir Razzaq. Buku ini isinya superb lengkap! Kamu bisa baca panduan mulai dari cara memilih jodoh, adab menikah (ternyata nikah itu mudah dan murah loh!), sampai panduan saat berumah tangga seperti memahami hak dan kewajiban suami dan istri. Kalau kita paham ini dulu, saat taaruf, kita akan mudah untuk melihat segala sesuatu secara mudah. Enggak ribet. Pasti pandangan kita akan jadi: udah deh, dia agamanya bagus, keluarganya agamanya bagus, yok dah nikah! Cus! Gak pake lama!
- Banyak ngobrol sama yang udah pernah taaruf. Ini ngebantu banget saat kita lagi down karena gak dapet mulu jodoh. Karena sesungguhnya semua ya takdir Allah. Saat Allah berkehendak, ya Allah akan segerakan. Kalau belum, Allah Maha Tahu mengapa. Ngobrol sama yang sudah pernah taaruf juga membuat kita lebih paham proses yang perlu dilewati.
Proses Taaruf Versi Saya
Setelah saya semakin siap dan semakin paham untuk taaruf, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka hati saya, dan memasrahkan diri saya kepada Allah perihal jodoh saya. Dulu saya ingin punya pasangan hidup yang pintar, lulusan S2, bisa begini, bisa begitu. Pokoknya duniawi lah! Setelah paham agama dan konsep taaruf ini, kriteria saya yang utama cuma satu: dia wanita shalehah. Cukup. Sisanya mah bisa belajar. Ya gak? Iya lah. Manusia kan makhluk pintar. Semua bisa kok. Kalau gak bisa masak, ya bisa belajar. Kalau gak pinter dalam satu bidang, ya tinggal belajar, nanti juga bisa jadi pinter. Pokoknya manusia itu pintar! Yang penting akhlaknya dulu, karena ini yang akan membawa kita selamat dunia dan akhirat.
Sekarang, ini dia proses taaruf saya..
- Buat CV
Hahaha. Pasti yang awam kalau pas tanya ke saya kalau saya harus buat CV pas mau taaruf, mereka pasti ketawa. Ya sama kok, saya dulu juga ngetawain haha. CV disini itu beda, enggak sama kaya CV mau ngelamar kerja. CV ini berisikan tentang profil lengkap dari orang yang kita ajak kenal. Isi CVnya kurang lebih tentang hal-hal personal dari orang tersebut. Kita kadang untuk mengenal orang kan perlu tahu orang tersebut sifatnya seperti apa, kesukaannya apa, kebiasaannya gimana, kegiatannya ngapain.. biasanya kita cari tentang orang yang kita suka di media sosial kan? Misal dari Facebook kita tahu orang tersebut suka naik gunung, suka baca buku karangan si A, dan lain-lain. Nah sama. Dari CV kita bisa mencantumkan segala hal tentang kita, malah lebih detail. Dan bisa mendapatkan data tentang calon pasangan kita juga lebih detail. So, lebih enak kan? Iya doong..
- Menyebarkan CV
Setelah saya buat CV, lalu saya berikan CV saya ke panitia akhwat di kajian yang biasa saya datangi. Selain itu, saya juga minta bantuan teman untuk bantu menyebarkan CV saya. Ingat ya, ‘menyebarkan’ disini juga saya sebarkan secara bertanggung jawab. Bukan berarti saya sebarkan begitu saja. Saya tentunya meminta bantuan kepada orang yang AMANAH. Ini yang pelu diperhatikan juga. Cari orang yang kita percaya untuk bisa bantu ini. Agar aman aja. Oh ya, diCV kita kan ditulis tuh kriteria wanita seperti apa yang kita mau. Misal: saya ingin wanita shalehah, rajin kajian, suka naik gunung, tingginya tidak lebih dari tinggi saya, berkulit putih, humoris. Yep! Fisik juga boleh kita tuliskan. Tapi inget sama tujuan taaruf: bersungguh-sungguh menikah. Jadi jangan terlalu perfeksionis!!!! Mudahkan. Saya juga di CV nulis: saya ingin calon istri saya berkulit putih. Istri saya sekarang enggak begitu. Saya menemukan hal lain yang membuat saya yakin untuk menikahi istri saya yang sekarang. So, fisik jangan terlalu dipermasalahkan lah. Toh fisik itu kan hanya bertahan beberapa tahun. Sudah tua semua bisa berubah. Cari hal yang lebih kekal: what’s ‘inside’ our future wife/husband is what matter the most! Yep, akhlak!
- Memilih Calon Istri
Setelah kita sebarkan CV, insyaallah enggak lama akan ada feedback. Datanglah akhwat yang minat sama kita. Jika ada yang minat, biasanya perantara kita (yes, harus ada perantara, enggak boleh langsung mengkontak orang yang bersangkutan, khawatirnya terjadi hal-hal yang berbau maksiat. Perantara: teman kita atau panitia kajian) akan memberikan CV akhwat. Dari CV tersebut, kita akan tahu, karakteristik personal orang tersebut. Setelahnya kita bisa tahu, kita minat gak untuk melanjutkan proses taaruf dengan akhwat tersebut. Taaruf pertama, kedua, dan ketiga saya, semuanya cocok di CV. Saya merasa apa yang akhwat-akhwat tersebut tuliskan di CV, sangat cocok dengan apa yang saya cari. Apabila pada proses CV ini kita sudah merasa tidak cocok dengan akhwat yang minat sama kita, ini enggak apa-apa. Justru dengan memustukan lebih awal, itu lebih baik. Jangan ‘ngegantungin’ yah. Disini gak ada PHP! Iya ya iya. Enggak ya enggak.
Sesuai saran Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam, kita harus cari satu hal yang kita suka dari calon istri/suami kita. Untuk tahu ini kita perlu ketemuan (nazhor). Saat ketemuan ini pun kita enggak boleh dooong berdua-duaan. Harus ada perantara! Nah, saat ketemuan, (sesuai fatwa Syaikh Kholid Al Musyaiqih) kita boleh memandang wajah, leher, kepala, al qadam (kaki dari mulai mata kaki hingga ke bawah), dan al yadd (tangan dari pergelangan tangan hingga jari) calon istri kita. Kita cari hal yang kita suka dari dirinya. Walau itu misal hidungnya. Atau cara dia berbicara. Taaruf pertama saya gagal pada tahap ini. Saya merasa ada yang kurang cocok. Loh boleh ya gak jadi? Ya boleh lah! Kalau gak boleh namanya taaruf ini maksain kita buat menikahi orang yang kita enggak suka dong? Taaruf juga tetap mengharuskan kita ‘suka’ sama pasangan kita. Jadi bukan seperti beli kucing dalam karung. Wkwk.
Nah, taaruf kedua dan ketiga saya, pada tahap ini cocok. Lalu saya melanjutkan ke pertemuan dengan orang tua saya. Yep! Biasanya setelah ketemuan dengan akhwatnya, kita ketemuan dengan keluarga, untuk lebih kenal akhwat/ikhwan yang kita minati lewat keluarga. Atau, mengizinkan akhwatnya kenal saya lewat orang tua saya. Ini sangat berguna banget untuk tahu lebih dalam dan tahu sebenarnya sosok yang akan kita kenal.
Taaruf kedua, saya ajak akhwat yang saya minati untuk ketemu orang tua saya. Qodarullah, orang tua saya kurang cocok. Saya juga jadi kurang cocok, karena saya lihat ternyata interaksi dia kepada orang tua agak kurang enak. Karena setelah menikah saya ada niatan untuk tinggal dengan orang tua (karena saya anak satu-satunya, dan kewajiban laki-laki mengurus orang tua hingga akhir hayat mereka), saya harus banget cari istri yang bisa berkomunikasi baik dengan orang tua. So, yang kedua failed. Loh gak apa apa? Ya gak apa apa dong. Asal komunikasikan dengan baik. Insyaallah pasti ngerti.
Taaruf ketiga juga gagal setelah ketemu orang tua saya. Bukan karena orang tua saya gak cocok, tapi ada hal lain yang menghambat. Yaudah saya sudahi. Karena dalam hal taaruf ya gitu. Mau ya mau. Enggak ya enggak. Jelas. Bukan gantung.
Nah, pada taaruf keempat,ketiga proses diatas semua terlewati. Langsung saya ajak orang tua saya ketemu orang tua dia. Ngapain? Ya langsung ngajak nikah lah! Ngapain lama-lama wkwkwk. Taaruf keempat ini prosesnya lumayan cepet: tuker CV, kenalan seminggu, tepat di seminggu kenalan, dia ketemu orang tua saya, besoknya saya ajak orang tua saya ke rumah orang tua dia. Ngajak nikah. Langsung deh tentuin tanggal nikah. Persiapan nikah? 3 minggu!!!! Hahaha gila yah. Tapi ya gitu. Islam mempermudah nikah. Dan nikah itu sudah seharusnya mudah dan murah. Gak harus dibuat ribet dan mahal.
- Menikah
Perlu diingat selalu: Islam itu mempermudah pernikahan. Nikah enggak usah dibuat ribet. Yang penting ada rasa suka sama suka dari kedua calon mempelai, izin dari wali, saksi-saksi (minimal dua saksi yang adil), mahar, dan ijab Qabul. Cukup. Halal deh. Hehe. Ini simplenya. Ohya, jangan lupa juga ‘mengiklankan’. Artinya, kita perlu juga memberitahukan kepada keluarga, tetangga, dan kerabat, kalau kita sudah menikah. Agar tidak ada fitnah.
Saya proses mempersiapkan pernikahan cuma 3 minggu doang. Saya nikah di mesjid. Sehabis menikah makan-makan di pinggir mesjid. Udah deh. Pulang. Halal.
Itu kenapa kita PERLU mementingkan agama calon istri/suami kita, juga keluarganya, karena kalau mereka sudah sangat paham agama, semuanya akan dipermudah. Yang penting SEGERA HALAL.
Penutup
Taaruf itu adalah proses yang menyenangkan dan menenangkan. Taaruf sangat menjaga kesucian manusia. Saya pikir, beginilah seharusnya hubungan manusia dibangun. Jelas. Mana hitam, mana putih. Mana hak, mana kewajiban. Pernikahan dalam Islam sudah ada panduannya. Dan saat kita mengikuti panduan tersebut, segala akan terasa lebih mudah. Itu yang saya rasakan. Saya dan istri belajar tentang berumah tangga sesuai syariat, sehingga kami jadi lebih paham hak dan kewajiban suami dan istri. Jadi saat kita diuji dengan masalah dalam rumah tangga, semua akan ‘terasa mudah’ dilewati.
Saya akui, setelah menikah pun banyak sekali tantangan. Iman saya naik dan turun. Tapi ya begitulah manusia. Dan proses belajar agama ini berlaku seumur hidup. So, no worries. Yang penting selalu ada niatan untuk selalu menjadi lebih baik. Dengan saya menjalani proses taaruf bukan berarti saya otomatis menjadi orang paling shaleh sedunia. Enggak lah! Saya manusia. Banyak kurangnya.
Ingat! Walau proses taaruf mudah, namun juga dalam prosesnya saya akui akan ada saat ups and down. Saya gagal taaruf sampai tiga kali. Saya sempat putus asa. Perantara saya juga sempat merasakan putus asa. Jadi.. proses GAGAL bisa jadi ADA. Namun jangan putus asa. Buktinya, kalau pada saat itu saya putus asa, saya tidak akan bertemu dengan istri saya yang sekarang. Istri yang ternyata Alhamdulillah mempermudah semuanya. Dan Alhamdulillah dia ternyata memang yang terbaik yang Allah siapkan. Coba kalau saya menyerah?
Dulu saya pernah menulis ini: keajaiban biasanya datang menghampiri saat kita sedang berputus asa dan hendak menyerah.
Wallahuallam.
Jadi, tetap semangat dan taaruf-lah! Hehe. Semoga bermanfaat!